Di Pantura Subang Jawa Barat buah Mangrove dikembangkan menjadi panganan oleh Kelompok Tani Mina Lestari, Desa Langensari, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa barat . Kelompok Tani Mina Lestari dengan memberdayakan anggota dan warga khusus kaum emak-emak yang tergabung Kelompok Tani Mina Lestari Pertiwi mengembangkan buah Mangrove menjadi panganan dodol dan wajit serta cemilan lainnya. Adapun buah Mangrove yang dijadikan dodol dan wajit yakni buah tanaman Mangrove jenis Pidada.
H Samsudin Ketua Kelompok Tani Mina Lestari Langensari mengatakan, awal mula tercetusnya ide mengolah buah tanaman Mangrove diolah menjadi Dodol Mangrove, Wajit Mangrove, Selai Mangrove, Kripik Mangrove, bahkan obat khusus kewanitaan karena di wilayahnya terjadi kerusakan hutan Mangrove dan buahnya ternyata bisa di manfaatkan.
Di jelaskan Samsudin, awal mula tercetusnya ide untuk mengolah Mangrove sekitar tahun 2009 karena desa tersebut memiliki banyak pohon Mangrove namun tidak bisa di manfaatkan dan bisa diolah menjadi panganan dan bernilai ekonomis "Buah Mangrove jenis Pidada, Tancang Merah, Api-api dan Bako-bako bisa diolah menjadi panganan dodol dan wajit.
Sementara itu Ketua Tim Lestari Pertiwi, Koordinator Pengolah Dodol Mangrove, Hj. Een Zaenah mengatakan, pembuatan dodol cukup mudah. Buah Mangrove jenis Pidada yang masak atau matang setelah di petik dari pohon kemudian dibersihkan lalu dipotong-potong dan dimasak selama 15 menit, kemudian didinginkan sambil diaduk-aduk hingga buah Mangrove tersebut hancur.
Setelah itu buah yang sudah hancur kemudian disaring menggunakan saringan dari Hasil saringan dipisahkan, antara ampas dan sari buah Mangrooce setelah di lakukan penyaringan ulang. Setelah itu selanjutnya sari buah dicampur dengan cairan gula merah, santan dan tepung ketan kemudian diaduk rata, jelasnya.
"Setelah menjadi Adonan kemudian dimasak hingga mengental sambil diaduk-aduk, sampai agak mengeras, setelah itu didinginkan beberapa saat dan mulai dikemas," ucap Een. (ahd)