CEO

'Advertisement'
ADVERTISEMENT

UCAPAN RAMADHAN

BREAKING NEWS

Loading...

no-style

Nelayan Blanakan Harapkan Kelancaran Distribusi Bahan Bakar Solar Untuk Operasional Kapal Penangkap Ikan

adminrevolusinews.id
9/06/22, 18:07 WIB Last Updated 2022-09-07T10:46:08Z


revolusinews.id Subang - Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan dikuranginya subsidi oleh pemerintah sangat berpengaruh pada harga berbagai jenis komoditi. Hal tersebut dipengaruhi oleh naiknya biaya akomodasi atau biaya angkut komoditi.


Beda halnya dengan perikanan laut karena walaupun terdampak akan kenaikan BBM, namun selama ini harga komoditas ikan laut lebih dipengaruhi oleh marjin pasar. 


"Kenaikan BBM secara langsung berdampak pada meningkatnya biaya operasional nelayan tapi harga cenderung dipengaruhi oleh stok ketersediaan komoditi hasil laut dan permintaan konsumen," jelas Dasam, Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Fajar Sidik Blanakan.(06/09/2022)


Dasam mengutarakan bahwa permasalahan yang dialami para nelayan adalah kurangnya quota solar untuk Solar Paket Diesel Nelayan (SPDN) yang merupakan salah satu unit usaha dari KUD Mina Fajar Sidik. 


"Karena quota solar terbatas kami sering kehabisan stok solar untuk nelayan, akhirnya kami membatasi kapal nelayan dari luar wilayah Blanakan dan untuk kekurangan tersebut nelayan membeli solar ke SPBU dengan surat dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), biasanya menggunakan rekomendasi Dinas Kelautan dan Perikanan," ungkap Dasam.


Awalnya SPDN Blanakan memiliki quota sebesar 260 kilo liter (kl) perbulan namun dianggap tidak terserap sepenuhnya hingga quota dikurangi menjadi 180 kl/bulan. Padahal sebenarnya bukan tidak terserap namun karena keterlambatan distribusi atau pengiriman dari depot ke SPDN Blanakan.


"Setelah beberapa kali mengajukan peningkatan quota Solar akhirnya kami mendapatkan jatah sebesar 220 kl/bulan walaupun sebenarnya kebutuhan untuk nelayan lokal maupun pendatang sekitar 350 kl/bulan," tegas Dasam. 


Tercatat jumlah Surat Tanda Kebangsaan Kapal (PAS) kapal nelayan di KUD Mina Fajar Sidik yang dijadikan dasar penetuan quota solar adalah sebanyak 270 kapal ukuran 5 gross tonnage (gt) dan sebanyak 100 kapal yang berukuran antara 10 gt hingga 30 gt. 


"Untuk permasalahan solar yang menjadi kendala utama untuk nelayan di wilayah Blanakan adalah perihal kelancaran distribusi," harap Dasam. 


Dasam menambahkan bahwa pihak KUD Mina Fajar Sidik selalu berusaha untuk meminimalisir dampak negatif nelayan yang berasal dari luar wilayah Blanakan dengan memanfaatkannya untuk penyerapan tenaga kerja lokal agar bisa dapatkan pembalajaran dan pengalaman dari nelayan luar yang kapalnya berukuran besar.(nanang suparman)

Komentar

Tampilkan

Terkini

Parlementaria

+