Batu Bara, Revolusinews.id — Ribuan petani di Kabupaten Batu Bara menghadapi krisis irigasi yang mengancam lahan pertanian mereka akibat sedimentasi parah di saluran irigasi Bah Bolon, yang mencakup area seluas 10.065 hektar di Kecamatan Air Putih, Sei Suka, dan Medang Deras.
Masalah utama terjadi di Bendung Seimanggar, Desa Tanjung Muda, Kecamatan Air Putih, yang tak lagi mampu menyalurkan air secara optimal ke daerah irigasi. Tumpukan pasir dan sedimen di sekitar bendung menyebabkan aliran air menuju Sungai Siparepare—sumber utama irigasi D.I Perkotaan (3.350 hektar) dan D.I Simodong (2.650 hektar)—tersumbat parah.
Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A), Rusman Nenggolan, menyatakan pihaknya telah mengajukan permohonan peminjaman alat berat ke Dinas PUPR Kabupaten Batu Bara. Permohonan ini dikabulkan, dan excavator long arm milik PUPR digunakan untuk mengeruk tumpukan pasir selama 11 hari, dengan biaya operasional ditanggung secara swadaya oleh masyarakat.
"Alat berat sangat membantu kami membersihkan sedimen. Namun, upaya ini bersifat sementara, dan belum menyelesaikan masalah utama," jelas Rusman.
Melihat urgensi situasi ini, warga dari 12 desa di tiga kecamatan terdampak turun langsung ke lapangan melakukan gotong royong. Mereka membuat tanggul darurat dari batang kelapa dan memasang matras geosintetik sebanyak tiga rol (600 meter persegi), yang diisi pasir guna mengarahkan air kembali ke saluran irigasi.
Anggota DPRD Kabupaten Batu Bara turut hadir dan mendukung langsung aksi masyarakat. Di antaranya adalah Rodial (PKS), Alpon Sirait (PERINDO), Heri Suhandani (PPP), Suprayitno dan Hamdani (PAN). Mereka memberikan semangat kepada warga dan mendorong sinergi antara masyarakat dan pemerintah.
Alpon Sirait menyampaikan keprihatinannya, "Kondisi ini bisa berdampak besar terhadap ekonomi masyarakat, khususnya para petani padi. Diperlukan solusi jangka panjang dari pemerintah yang terkait"
Turut hadir dalam kegiatan tersebut 12 kepala desa dan 12 anggota Babinsa, memperkuat sinergi lintas elemen masyarakat dalam menyelesaikan persoalan irigasi yang krusial ini.
Petani berharap, dengan perhatian semua pihak, perbaikan infrastruktur irigasi bisa segera dilakukan agar mereka tidak terus-menerus dihantui ancaman gagal panen.
(Agus Sitohang)