Revolusinews Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan tragedi kemacetan parah di pintu keluar Tol Brebes Timur atau Brebes Exit (Brexit) pada 2016, tidak boleh terjadi lagi.
Dengan 17 korban dilaporkan meninggal dunia akibat
terjebak kemacetan selama puluhan jam di tol pertama Trans Jawa itu, kata
dia, Brexit menjadi momen terburuk dalam sejarah tradisi mudik di
Indonesia.
“Pengalaman Brexit 2016 itu tidak boleh lagi
terjadi. Semua kementerian dan lembaga sudah siap (mengantisipasi), tetapi masyarakat
juga harus siap menghadapi situasi,” kata Moeldoko dalam konferensi pers
Kesiapan Pemerintah Menghadapi Risiko Bencana Hidrometeorologi yang dipantau
secara daring di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pemerintah telah menyiapkan pelayanan
terbaik bagi masyarakat menjelang arus mudik dan balik Lebaran, termasuk untuk
menghadapi risiko bencana hidrometeorologi.
Namun Moeldoko menggarisbawahi pentingnya
upaya membangun kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan selama perjalanan.
“Sangat penting untuk
sedia payung sebelum hujan. (Masyarakat) perlu menyiapkan makanan, minuman,
mobilnya disiapkan, BBM juga harus penuh. Jangan sampai ada kemacetan nanti
tidak siap,” kata Moeldoko.
Ia berharap tradisi mudik tahun ini benar-benar
dapat dinikmati oleh masyarakat sesuai dengan tagline “Mudik Ceria Penuh Makna”.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan
193 juta lebih warga akan mudik Lebaran, naik 60 persen dibanding tahun
2023 yang sebanyak 123 juta pemudik.
Dari jumlah itu pemudik dari area Jabodetabek
diprediksi mencapai 28 jutaan. Jutaan pemudik bakal melakukan perjalanan dengan
multimoda, baik transportasi umum (darat, laut, udara) maupun kendaraan
pribadi, termasuk pemudik dengan sepeda motor.
Menurut anggota Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)
Kementerian PUPR Tulus Abadi, beberapa hal harus diwaspadai dan bisa dilakukan
pemudik.
Pertama, mudik lebih
awal sebagai pilihan paling ideal, khususnya untuk menghindari arus puncak
mudik yang diperkirakan terjadi pada H-4, Sabtu 6 April 2024.
Kedua, kecelakaan di jalan tol, terutama
kecelakaan yang mengakibatkan kefatalan yakni cacat tetap atau meninggal
dunia. Perlu diingat bahwa lebih dari 70 persen kecelakaan di jalan tol adalah
faktor manusia, misalnya mengantuk. Selain itu aspek keandalan kendaraan,
terutama ban pecah. Oleh karena itu, kata dia, harus dipastikan kondisi sopir
sehat dan cukup istirahat.
Selain ia mengingatkan jangan menggunakan ban
gundul atau vulkanisir, karena risikonya tinggi. Banyak kasus kecelakaan di
jalan tol karena dipicu oleh fenomena aquaplaning yakni manakala ban tidak bisa mencengkeram dengan kuat
karena jalanan yang basah atau karena bannya gundul.
Apalagi, menurut
prediksi BMKG, prosesi mudik akan diwarnai oleh fenomena cuaca ekstrem.
Ketiga, saldo kartu pemudik harus cukup. Ketika
saldo kurang, otomatis ada waktu jeda bagi pengguna untuk mengisi saldo kartu
tol sehingga dapat memicu kemacetan panjang.
Oleh karena itu pemudik harus memastikan
bahwa saldo kartu tolnya cukup, apalagi saat ini beberapa ruas jalan tol di
Trans-Jawa sudah mengalami kenaikan tarif, mulai ruas Jakarta-Cikampek sampai
ruas Surabaya-Gresik.
Pengguna harus mengisi (top-up) kartu tolnya, setidaknya 30-40 persen dari tarif semula,
untuk mengantisipasi kekurangan saldo.
(red)