CEO

'Advertisement'
ADVERTISEMENT

UCAPAN RAMADHAN

BREAKING NEWS

Loading...

no-style

Ngki Bodin Dengan Jemari Yang Menari Diatas Bambu Keluarkan Suara Indah

adminrevolusinews.id
6/29/22, 13:15 WIB Last Updated 2022-06-29T10:23:49Z


revolusinews.id Karawang Di gigir 'gawir', sebuah bukit yang menjorok ke kampung, nampak 'saung' bertengger menghadap arah timur, dimana hamparan hutan kecil nan gersang yang ditumbuhi pabrik, seorang setengah baya memperlakukan bambu dengan mesranya. Ngki Bodin, demikian pria itu akrab disapa. Ia seorang pelantun suling sekaligus pengrajin suling bambu. Kesehariannya ia habiskan bergelut dengan bambu-bambu 'tamiang' selain sebagai bahan untuk kerajinan tangannya juga lantunan tembang-tembang bernuansa Sunda.


Dari tampilan suling buatannya yang sederhana, nampak kecintaan sang mpunya, mengukur dengan teliti dari satu lubang ke lubang lain, dan sesekali menjajal suara seakurat mungkin.


Bakat yang Ngki Bodin dapat dari alam, bermula ia sebagai bocah angon sapi yang gandrung melantunkan seruling. Ia tak memiliki sosok guru atau sebagai cantrik pada sebuah sanggar seni. Ia berlabel otodidak. Dan pergulatan rasa cintanya pada 'haleuang' tembang-tembang Sunda ia hayati sebagai kesenangan. Dan tiba pada waktu dimana sang Ngki harus bergaul dengan seniman-seniman tradisi yang sudah memiliki jam terbang mapan. Itu ia awali sejak 2010, dan kelebihan bakat sebagai pengrajin suling kian diseriusi.


Tentu, engkau bakal lekas menemukan Ngki Bodin di Citaman, Desa Taman Mekar, Kecamatan Pangkalan, selatan Karawang Kota, di saungnya ia akan memotong-motong bambu tamiang pilihan, biasanya yang sudah tua lalu di-'hèar-hèar', dijemur tapi tidak langsung kena sinar matahari, beberapa hari lamanya sebagai proses pengeringan bambu. 


Fase meluruskan bambu. Yakni di-'lesu', untuk mengindari batang bambu yang melenting. Lalu memanasinya dengan api, di-'dangdang' dengan bantuan lap basah, mencari arah lurus, seakurat mungkin. Kemudian diukur sesuai pola (master) yang sudah ada, menyesuaikan 'surupan '- ukuran yang dikehendaki. Semisal ukuran 50-52-54-56-58 dan seterusnya. Atau 57-59-61-63 dan seterusnya. Mentok 64, dan surupan 60 sampai 64 sebagai 'Cianjuran'. Adapun ukuran 49 ke bawah masuk kategori 'Kobongan' atau 'Mandalungan', lalu yang sifatnya warisan yakni 'Mataraman', ada juga suling 'oktap', 'Cirebonan', 'Wisaya' dan lain-lain, ungkap Ngki Bodin pada revolusinews.id , Rabu (29/06/22).


Dan tentu, Lanjut Ngki Bodin, proses melubangi bambu akan menentukan arah suling tersebut ada di surupan berapa. Kemudian proses penghalusan dengan menggunakan hamplas. Orangtua dulu memakai daun dari pohon  'kihampelas'. Lalu masuk fase pengikatan, mengikat pangkal suling dengan tali rotan, 'suliwer', ini juga dikerjakan dengan ekstra hati-hati untuk menemukan suara suling dengan sangat tepat, mengacu pada notasi Sunda: da-mi-na-ti-la-da, lanjutnya.


Proses pembuatan seruling itu walau nampak rumit namun Ngki Bodin mengerjakannya dengan senang hati walau kadang "Terasa miris manakala tak adanya minat dari kalangan muda," pungkas sang Ngki sedikit masygul. 


Tetapi satu dua orang anak muda mau belajar meniup suling dan dengan perlahan tentunya, sebab di luar sana hiruk pikuk budaya moderen begitu derasnya dan hanya segelintir orang masih sanggup mempertahankannya, Ngki Bodin inilah diantaranya. (JunBiull)

Komentar

Tampilkan

Terkini

Parlementaria

+