UCAPAN RAMADHAN

CEO

'Advertisement'
ADVERTISEMENT

no-style

BREAKING NEWS

Loading...

KRISIS IRIGASI DI BATU BARA, PETANI MERUGI RATUSAN MILYAR: ANGGOTA DPRD ALPON SIRAIT TURUN TANGAN

Redaksi_Revolusi
6/04/25, 19:34 WIB Last Updated 2025-06-04T12:34:42Z


Batu Bara, Revolusinews.id -Ribuan petani di Kabupaten Batu Bara kembali berharap setelah dua tahun menghadapi krisis irigasi yang nyaris melumpuhkan aktivitas pertanian. Daerah Irigasi (D.I) Bah Bolon seluas 10.065 hektar yang mencakup wilayah Kecamatan Air Putih, Sei Suka, dan Medang Deras, kini dalam kondisi memprihatinkan akibat kerusakan infrastruktur bendungan yang vital.


Kerusakan utama terletak pada Bendung Seimanggar di Desa Tanjung Muda, Kecamatan Air Putih, yang tidak lagi mampu mendistribusikan air ke sistem irigasi. Endapan sedimen pasir di muka dan hilir bendung telah menyumbat aliran air ke Sungai Siparepare—sumber utama air bagi D.I Perkotaan (3.350 Ha) dan D.I Simodong (2.650 Ha). Sementara itu, aliran air justru terbawa ke Sungai Daludalu, yang tidak bisa dimanfaatkan karena Bendung Cinta Maju juga rusak akibat pecahnya pelimpah, sehingga air tak dapat disalurkan ke D.I Cinta Maju/Cinta Damai (1.540 Ha).


Situasi ini telah berlangsung selama dua tahun dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. “Setiap musim tanam, kerugian yang dialami petani bisa mencapai Rp500 miliar. Ini bukan lagi kondisi darurat, tapi bencana bagi petani kita,” ujar Alpon Sirait, ST, anggota DPRD Kabupaten Batu Bara dari Partai PERINDO.



Menjawab keluhan masyarakat, Alpon Sirait menggandeng Dinas PUTR Kabupaten Batu Bara serta para petani setempat untuk bergerak cepat. Salah satu langkah nyata adalah pengerukan sedimen menggunakan excavator di pintu intake dan saluran sekunder sepanjang 5 kilometer di D.I Cinta Maju/Cinta Damai. Upaya ini berhasil mengalirkan kembali air meski belum sepenuhnya maksimal.


Tak berhenti di sana, pada Rabu, 4 Juni 2025, Alpon Sirait turun langsung ke lokasi Bendung Seimanggar untuk berkoordinasi dengan para kepala desa terdampak dan kelompok petani. Mereka merencanakan aksi gotong royong pada Senin, 9 Juni 2025, guna membangun bangunan pengarah air dari Sungai Daludalu menuju Sungai Siparepare.


Bangunan pengarah ini akan dibuat dari matras geosintetik berukuran 4 x 50 meter, diisi pasir menggunakan excavator, lalu dijahit hingga membentuk bantal besar seberat ±50 ton, dilengkapi dengan cerocok batang kelapa sebagai penguat sisi. “Ini solusi darurat, tapi sangat dibutuhkan untuk mengejar pola tanam petani yang sudah dimulai. Kami harap pelaksanaan gotong royong berjalan lancar dan hasilnya bisa langsung dirasakan petani,” kata Alpon Sirait.


Ia juga menegaskan bahwa langkah-langkah ini bersifat sementara sambil terus mendorong pemerintah pusat dan provinsi untuk memberikan perhatian serius terhadap perbaikan infrastruktur irigasi di Batu Bara.


“Kami tidak akan tinggal diam. Suara petani harus didengar, karena dari tangan mereka pangan kita terjaga,” tutup Alpon.


(Agus Sitohang)

Komentar

Tampilkan

Terkini

Parlementaria

+