Revolusinews.id papua Barat Fakfak, 16 Juli 2025 – Di tengah hangatnya silaturahmi masyarakat lintas masjid di Fakfak, Gubernur Papua Barat Drs. Dominggus Mandacan, M.Si menegaskan satu pesan kuat: toleransi bukan hanya slogan, tetapi gaya hidup yang harus dijaga bersama.
Seruan itu ia sampaikan dalam acara yang digelar Forum Komunikasi Lintas Masjid Indonesia (Forkolimasi) Papua Barat, Selasa (16/7). Gubernur Mandacan menilai bahwa semangat saling menghargai dan merawat keberagaman telah menjadi identitas masyarakat Papua Barat yang tak bisa ditawar.
> “Papua Barat bukan sekadar peta di ujung timur Indonesia. Ini adalah rumah besar bagi semua anak bangsa, tanpa melihat agama dan suku. Kita rawat silaturahmi, maka kita jaga Papua Barat tetap damai,” ujarnya.
Papua Barat dan Rekam Jejak Toleransi
Papua Barat bukan pemain baru dalam isu kerukunan. Provinsi ini sempat menjadi yang paling toleran secara nasional pada 2017, dan kembali meraih posisi puncak pada 2019. Konsistensinya itu bahkan diganjar Harmony Award dari Kementerian Agama—sebuah pengakuan atas kemampuan daerah menjaga harmoni sosial dalam keberagaman.
Lebih dari sekadar penghargaan, capaian itu lahir dari kerja kolektif masyarakat sipil, tokoh agama, dan pemerintah yang terus mendorong dialog lintas iman.
Forkolimasi: dari Masjid ke Panggung Demokrasi
Gubernur Mandacan turut mengapresiasi Forkolimasi atas kiprahnya dalam menjaga stabilitas sosial selama Pemilihan Kepala Daerah 2024. Di tengah polarisasi nasional, Forkolimasi justru menjadi jembatan, bukan jurang pemisah.
Keterlibatan organisasi ini disebut menjadi faktor pendukung suksesnya Pilkada damai, yang turut menghantarkan pasangan Mandacan–Lakotani memenangkan periode kedua untuk 2025–2030.
Toleransi sebagai Fondasi Pembangunan
Dalam visinya, Mandacan menegaskan bahwa kerukunan bukan pelengkap pembangunan, tapi fondasi utamanya. Papua Barat menempatkan keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Pemerintah daerah bertekad menjalankan pembangunan berbasis kearifan lokal, inklusif, dan berkelanjutan.
Pelajaran bagi Indonesia
Kisah Papua Barat memuat tiga pelajaran penting yang relevan secara nasional:
1. Toleransi Bisa Ditumbuhkan Bukan sekadar diwarisi, tetapi dirawat melalui pendidikan, dialog, dan keteladanan pemimpin.
2. Komunitas Keagamaan adalah Pilar Perdamaian Peran Forkolimasi membuktikan bahwa masjid tak hanya ruang ibadah, tapi juga wadah rekonsiliasi sosial.
3. Pembangunan Tak Bisa Lepas dari Kerukunan Di Papua Barat, harmoni antarumat beragama berjalan seiring dengan program pembangunan daerah.
Toleransi Adalah Warisan Papua Barat untuk Indonesia
Dengan latar budaya yang kaya dan keberagaman yang tinggi, Papua Barat justru tumbuh sebagai teladan toleransi nasional. Upaya Gubernur Mandacan dan Forkolimasi merawat kehidupan sosial yang damai patut dijadikan rujukan dalam merajut kebangsaan yang lebih inklusif.
Reporter: Ria
Media: Revolusinews.id | Papua Barat